Bu, sepertinya suami saya menikah lagi. saya lelah...sekali menghadapi hal ini. Bagaimana saya harus hilangkan lelah ini?
===========================================================
Demikan sebuah inbox saya terima, 4 hari yang lalu, tentu saja saya terhenyak, seolah memahami apa yang beliau rasakan, meski saya belum “mengenal”nya, rasanya dada saya juga ikut sesak mungkin karena saya juga wanita sekaligus seorang istri yang berharap menjadi satu-satunya wanita bagi suami saya.
Sejujurnya saya bingung, bagaimana menjawab pertanyaan yang diajukan oleh saudara saya ini, karena meski sudah menikah hampir 19 tahun tidak berarti saya telah terampil menjadi istri, dan saya hampir yakin tidak ada seorangpun yang terampil atau ahli menjadi istri meski sudah puluhan tahun bersama suaminya, terbukti tidak ada orang yang tidak menghadapi masalah dalam bahtera rumah tangganya.
Tentu saja saya tidak bisa mewakili semua wanita, karena sebagian wanita bisa jadi memang mengijinkan dirinya berbagi suami dengan wanita lain. Dalam hati saya berkata, mestinya beliau bertanya kepada teman wanita lain yang menjalani kehidupan yang serupa dengannya, sehingga akan mendapatkan prespektif yang lebih cocok dengan kondisi yang dialami saat ini.
Sayup sayup saya dengar lagu Maher Zen;
Aku bersyukur kau di sini kasih, dikalbuku mengiringi
Dan padamu ingin kusampaikan; Kau cahaya hati
Dulu kupalingkan diri dari cinta
Hingga kau hadir membasuh segalanya
Ooh …. inilah janjiku kepadamu
Sepanjang hidup bersamamu, kesetiaanku tulus untukmu
Hingga akhir waktu, kaulah cintaku……. cintaku
Sepanjang hidup, seiring waktu aku bersyukur atas hadirmu
Kini dan selamanya aku milikmu, yakini hatiku
Kau anugerah Sang Maha Rahim
Semoga Allah berkahi kita
Kekasih penguat jiwaku, berdoa kau dan aku di Jannah
Temukan kekuatan disisimu
Kau hadir sempurnakan seluruh hidupku
Bersamamu kusadari inilah cinta
Tiada ragu, dengarkanlah kidung cintaku yang abadi.
Mendengarkan Maher Zen membawakan lagu ini rasanya menyejukkan, betapa indah bila kita hidup dengan pasangan yang dengan tulus mencintai kita dan bersama merajut kehidupan di dunia penuh karunia dan kasih sayang. Sehingga sampai pada pengharapan perjumpaan abadi di akhirat kelak. Tentu berbeda bila, saat bersama di dunia tidak indah atau bahkan hanya menimbulkan kepahitan dan duka lara, lebih-lebih berharap bertemu di surga, di duniapun rasanya ingin segera berpisah.
Saya meyakini, cinta sejati tidak akan menyakiti tapi sebaliknya memuliakan, menghargai, meng-indah-kan, memperbaiki dan memberdayakan. Maka pada setiap kebersamaan yang mengatasnamakan cinta seyogyanya menimbulkan kebahagiaan yang memancar dari setiap nilai-nilai kemuliaan manusia sebagai makhluk yang diciptakan sebagai wakil Sang Pencipta Yang Penuh Kasih.
Bukankah atas nama Allah, setiap wanita muslim dinikahi oleh lelaki muslim. Atas nama Allah pemilik nama-nama yang indah dan mulia. Saya jadi ingat cerita seorang wanita ketika malam pertama sebelum sang suami menyentuhnya dia berkata; ” hari ini kamu menikahiku dengan nama Allah dan dengan cara yang baik, maka kelak ketika kamu tidak lagi menginginkanku lepaskan aku dengan cara yang baik pula”. Dan kini pasangan ini telah dikarunia 3 anak yang tumbuh sehat dan baik, semoga Allah menjaga kehidupan mereka dalam karuniaNYA. Amin
Namun, saya juga ingat sebuah kisah tentang seorang teman semasa kuliah berkata bersedia sebagai istri kedua, walhasil, dia telah menikah 3 kali dengan status sebagai istri kedua. Begitulah rahasia hidup, Allah Maha Mendengar bahkan yang tidak kita ucapkan, maka bila ada sesuatu yang “terlanjut” terpikir atau terucap dan hal itu tidak “baik” maka segeralah memohon ampun kepada Allah sehingga apa yang sudah “terpesan” melalui pikiran, perasaan dan lisan kita tidak dikabulkan oleh Allah.
Jadi, bagaimana saya harus hilangkan lelah ini? Menjawab pertanyaan ini, saya akan katakan;istirahatlah.
29 Ramadhan 1432 H
Untuk wanita tangguh yang mengijinkan berbagi
Semoga ALLAH memberimu suami mulia di surgaNYA
Tidak ada komentar:
Posting Komentar